Karena kisah Baratayuda yang tersebar di Indonesia dipengaruhi oleh kisah sisipan yang tidak terdapat dalam kitab aslinya, mungkin banyak terdapat perbedaan sesuai dengan daerah masing-masing. Meskipun demikian, inti kisahnya sama.
Babak pertama
Dikisahkan, Bharatayuddha diawali dengan pengangkatan
senapati agung atau pimpinan perang kedua belah pihak. Pihak Pandawa mengangkat
Resi Seta sebagai pimpinan perang dengan pendamping di sayap kanan Arya Utara dan sayap
kiri Arya Wratsangka. Ketiganya terkenal ketangguhannya dan berasal dari
Kerajaan Wirata yang mendukung Pandawa. Pandawa menggunakan siasat perang
Brajatikswa yang berarti senjata tajam. Sementara di pihak Kurawa mengangkat Bisma (Resi Bisma) sebagai pimpinan
perang dengan pendamping Pendeta Drona dan prabu Salya, raja
kerajaan Mandaraka yang mendukung Korawa. Bisma menggunakan siasat Wukirjaladri
yang berarti "gunung samudra."
Balatentara Korawa menyerang laksana gelombang lautan yang menggulung-gulung, sedang pasukan Pandawa yang dipimpin Resi Seta menyerang
dengan dahsyat seperti senjata yang menusuk langsung ke pusat kematian.
Sementara itu Rukmarata, putra Prabu Salya datang ke Kurukshetra untuk menonton
jalannya perang. Meski bukan anggota pasukan perang, dan berada di luar garis
peperangan, ia telah melanggar aturan perang, dengan bermaksud membunuh Resi
Seta, Pimpinan Perang Pandawa. Rukmarata memanah Resi Seta namun panahnya tidak
melukai sasaran. Setelah melihat siapa yang memanahnya, yakni seorang pangeran
muda yang berada di dalam kereta di luar garis pertempuran, Resi Seta kemudian
mendesak pasukan lawan ke arah Rukmarata. Setelah kereta Rukmarata berada di
tengah pertempuran, Resi Seta segera menghantam dengan gada (pemukul) Kyai Pecatnyawa, hingga hancur berkeping-keping. Rukmarata,
putera mahkota Mandaraka tewas seketika.
Dalam peperangan tersebut Arya Utara gugur di tangan
Prabu Salya sedangkan
Arya Wratsangka tewas oleh Pendeta Drona. Bisma dengan
bersenjatakan Aji Nagakruraya, Aji Dahana, busur Naracabala, Panah kyai
Cundarawa, serta senjata Kyai Salukat berhadapan dengan Resi Seta yang
bersenjata gada Kyai
Lukitapati, pengantar kematian bagi yang mendekatinya. Pertarungan keduanya
dikisahkan sangat seimbang dan seru, hingga akhirnya Bisma dapat menewaskan
Resi Seta. Bharatayuddha babak pertama diakhiri dengan sukacita pihak Korawa karena kematian pimpinan perang Pandawa.
Babak Kedua
Setelah Resi Seta gugur, Pandawa kemudian mengangkat Drestadyumna (Trustajumena) sebagai pimpinan
perangnya dalam perang Bharatayuddha. Sedangkan Bisma tetap menjadi pimpinan perang Korawa. Dalam babak ini kedua kubu berperang dengan siasat yang sama yaitu Garudanglayang
(Garuda terbang).
Dalam pertempuran ini dua anggota Korawa, Wikataboma dan kembarannya,
Bomawikata, terbunuh setelah kepala keduanya diadu oleh Bima. Sementara
itu beberapa raja sekutu Korawa juga terbunuh dalam babak ini. Diantaranya
Prabu Sumarma, raja Trigartapura tewas oleh Bima, Prabu Dirgantara terbunuh
oleh Arya Satyaki, Prabu
Dirgandana tewas di tangan Arya Sangasanga (anak Setyaki), Prabu Dirgasara dan
Surasudirga tewas di tangan Gatotkaca, dan Prabu Malawapati, raja Malawa
tewas terkena panah Hrudadali milik Arjuna.
Bisma setelah melihat komandan pasukannya berguguran
kemudian maju ke medan pertempuran, mendesak maju menggempur lawan. Atas
petunjuk Kresna, Pandawa
kemudian mengirim Dewi Wara Srikandi untuk maju menghadapi Bisma. Dengan
tampilnya prajurit wanita tersebut di medan pertempuran menghadapi Bisma. Bisma
merasa bahwa tiba waktunya maut menjemputnya, sesuai dengan kutukan Dewi Amba yang tewas di tangan Bisma. Bisma gugur dengan
perantaraan panah Hrudadali milik Arjuna yang dilepaskan oleh istrinya, Srikandi.
0 komentar:
Posting Komentar