Wayang jika pada zaman dahulu tebuat dari kulit sapi, yang diukir dan
dan diwarnai sedemikian rupa, namun pada zaman sekaran terdapat jenis wayang
baru. Yaitu wayang suket (rumput). Wayang suket ini pun ada dua. Wayang
suket yang diperkenalkan dan dipopulerkan oleh Slamet Gundono berbeda dengan
wayang suket yang dibuat oleh M. Tholib Prasojo. Jika wayang suket Slamet
Gundono lebih bebas bentuknya dan aliran ceritanya, sedangkan wayang suket
karya M. Tholib Prasojo benar-benar wayang sesuai dengan bentuk sebenarnya wayang
kulit namun bahannya terbuat dari
suket/rumput. Selain itu, pertunjukan wayangnya, juga bukan
asal pertunjukan biasa. Thalib dengan sengaja meminta sang dalang untuk
memainkan karya wayangnya secara klasik. Artinya, betul-betul diperlakukan
sebagaimana wayang kulit biasanya, bukan ”wayang-wayangan”. Lakonnya pun
dipilih lakon serius. Inilah yang membedakan dengan lakon wayang Slamet
Gundono.
Selama ini M. Thalib
Prasojo membuat karya wayang suket sebagai salah satu bentuk ekspresi dalam
karya seni rupanya. Untuk pementasan kali ini, sudah didahului dengan workshop
pembuatan wayang suket pada siswa-siswa SMKN XI (eks SMSR). Hasil karya
workshop ini kemudian ikut disertakan dalam pementasan wayang di SMKN IX.
Sebagaimana diketahui, SMSR semula merupakan bagian atau jurusan seni rupa dari
SMKI. Maka kolaborasi kedua sekolah ini untuk mengenang kebersatuan mereka,
sekaligus menarik minat anak-anak muda terhadap studi kesenian, khususnya
jurusan pedalangan yang selama ini sangat sepi peminat. Pergelaran selama 90
menit dengan penata gending Bambang SP ini menjadi bagian dari pentas rutin dua
bulanan yang dilakukan di SMKN IX.
0 komentar:
Posting Komentar